nusakini.com--Kementerian Agama berharap mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) peka terhadap masalah keagamaan dan kebangsaan. Pernyataan ini disampaikan Kepala Seksi Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kemenag, Ruchman Basori di Institut Agama Islam Negeri Ternate (IAIN Ternate). 

“Mahasiswa bukan intelektual yang ada di menara gading, tetapi dia harus hadir ikut menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat,” pesan Ruchman di hadapan mahasiswa baru IAIN Ternate belum lama ini.

Menurut Ruchman, dengan potensi yang dimiliki, mahasiswa akan menjadi kekuatan strategis untuk menyuarakan keberpihakan kepada kelompok yang lemah (mustadh’afin). “Karenanya mahasiswa sering dijuluki sebagai agen perubahan sosial (the agent of social change), agen intelektual (the agent of intelectual) dan agen pembangunan (the agent of development),” jelas Ruchman.   

Ruchman yang hadir sebagai narasumber dalam Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) IAIN Ternate mengingatkan pentingnya kepekaan melihat fenomena sosial keagamaan dan kebangsaan. Mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa, diharapkan dapat mengantisipasi fenomena yang mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya munculnya kelompok intoleran dan radikal. 

Masalah lainnya kata Alumni IAIN Walisongo ini adalah munculnya kelompok yang mempertanyakan konsensus nasional seperti Pancasila, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. “Pancasila dianggap sudah tidak relevan lagi untuk bangsa ini dan ingin menggantinya dengan idiologi khilafah”, kata aktivis mahasiswa ’98 ini di hadapan 1.213 mahasiswa baru IAIN Ternate. 

Ruchman Basori berharap mahasiswa IAIN kelak akan menjadi sarjana-sarjana yang mencintai Islam dan sekaligus mencintai Indonesia. “Antara ke-Islaman dan ke-Indonesiaan menjadi ruh dan semangat perjuangan menjawab tantangan masa depan”, tandas Ruchman. 

Senada dengan Ruchman, Rektor IAIN Ternate, Samlan H. Ahmad menyatakan bahwa IAIN dapat menjadi sarana membangun kepekaan mahasiswa. Ia mengaku saat ini IAIN Ternate sedang mengembangkan daerah binaan untuk melatih mahasiswa peka pada masyarakatnya. “Termasuk rencana pendirian Pondok Pesantren yang berlokasi di Sofifi,” kata Samlan. 

Samlan juga berpesan untuk menghadapi tantangan modernisasi dan globalisasi para mahasiswa harus menguasai bahasa asing, setidaknya Bahasa Arab dan Inggris. “Mahasiswa menjadi bagian penting menebarkan paham Islam yang moderat di tengah pluralitas bangsa,”kata Samlan. 

Sementara, untuk mendukung kiprah mahasiswa di kancah global, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Ternate Adnan Mahmud pun mengatakan kemampuan beradaptasi, semangat mencari ilmu dan membangun jejaring intelektual sangat diperlukan bagi mahasiswa baru. “PBAK dimaksudkan agar mahasiswa mengenal kampusnya dengan baik, tradisi dan kultur akademik serta dunia kemahasiswaan”, kata Adnan. 

Kegiatan PBAK IAIN Ternate dilaksanakan pada tanggal 24-27 Agustus 2018. Diikuti oleh 1.213 orang tersebar di tiga Fakuktas, yaitu fakuktas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Fakultas Syari'ah dan Ekonomi Islam, dan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD). (p/ab)